GP India

Kemiskinan India Kejutkan Pembalap F1

Aksi pembalap F1 mengendarai bemo
Sumber :
  • REUTERS/ Toru Hanai

VIVAnews - Untuk pertama kalinya, Grand Prix Formula 1 akan digelar di India. Mulai hari ini, 28 Oktober, hingga 30 Oktober 2011 India akan jadi tuan rumah di Sirkuit Buddh International. 

Peserta UTBK Diimbau Waspada Penipuan Janji Kelulusan

Namun, para peserta F1 tidak menyangka akan melihat kemiskinan yang sangat meluas di negeri yang terkenal dengan Taj Mahal-nya itu. Begitu turun dari pesawat jet carteran, pembalap McLaren Jenson Button mengaku 'sulit' melihat keadaan di India.

"Sulit untuk datang kemari untuk pertama kalinya. Anda baru sadar jika ada perbedaan besar antara orang berada dan orang miskin," kata Button seperti dilansir Super Sport, Jumat, 28 Oktober 2011.

Niat Mulia Maarten Paes untuk Timnas Indonesia

Lain lagi dengan kesan yang ditangkap oleh pembalap Red Bull Sebastian Vettel. Juara dunia 2011 ini kaget dengan minimnya peraturan berlalu-lintas di India. Dalam perjalanan dari New Delhi ke Taj Mahal yang menempuh jarak 125 mil, Vettel terkesima dengan padatnya lalu lintas. 

Sepanjang mata memandang, pria asal Jerman ini bisa melihat sepeda, becak, dan mobil dalam jumlah besar berkerumunan di jalanan India. "Saya bertanya pada sopir apakah masyarakat di sini (India) punya surat izin (mengemudi). Dan dia bilang Anda tinggal bayar dan langsung dapat izin," kata Vettel.

Kisah Mualaf Jorvan Vieira Pelatih Timnas Irak yang Berhasil Membawa Timnya Menjuarai Piala Asia

"Yang jelas (pengalaman) ini membuat Anda rendah hati dan membuat Anda jadi lebih menghargai banyak hal," kata Vettel.

Namun, di balik keadaan itu pembalap Lewis Hamilton menyambut positif antusiasme masyarakat India. Pasalnya, pembalap McLaren ini disambut oleh 40 ribu orang.

"Mereka ingin sekali menyentuh saya atau apa pun. Mereka menghampiri pagar dan jadi terasa istimewa," kata Hamilton.

GP India sebelumnya sudah dikritik tidak peka terhadap keadaan masyarakat sekitar. Hampir 30 persen warga India hidup dengan penghasilan hanya Rp14 ribu per hari. Namun, pihak panitia malah bersedia menghamburkan US$400 juta untuk penyelenggarannya.

Sirkuit Buddh Internasional sebagai venue juga mendapat protes dari warga bekas pemilik lahan. Mereka tidak tahu tanah yang dibeli pemerintah itu akhirnya dijadikan venue F1. Protes ini kemudian berujung dengan ancaman 'penghentian lomba dengan kekerasan'. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya